Teraspulau.com - Batu kapur yang ada di Gunung Sadeng, Kecamatan Puger, Jember saat ini menuai polemik.
Setelah ditambang oleh beberapa perusahaan bermodal besar, kini muncul gerakan warga yang menuntut bagian dari lahan tersebut.
Siapa sangka, Gunung Sadeng yang kini jadi rebutan penambang itu memiliki sejarah yang belum banyak diketahui.
Nama Sadeng yang dikenal masyarakat saat ini sudah ada sejak masa Kerajaan Majapahit.
Namun, kini nama Sadeng dikenal oleh masyarakat sebagai nama dari sebuah gunung kapur yang ada di Kecamatan Puger, Jember. Padahal Sadeng merupakan penyebutan suatu daerah.
Baca Juga: 66 Calon PPS Kecamatan Gayam Ikuti Tes Wawancara, Ini Pesan Ketua PPK Gayam
Sadeng dikenal sebagai daerah yang mapan, bai dari segi politik, ekonomi dan budaya pada masanya. Daerah Sadeng lebih tua dibandingkan Jember.
Sebelum ada penyebutan Jember, nama Sadeng sudah dikenal oleh masyarakat saat itu. Meski demikian, daerah Sadeng tidak bertahan lama. Sadeng kemudian digantikan dengan keberadaan Regentschap Poeger (setingkat kabupaten).
Regentschap Poeger atau Kabupaten Puger juga lebih tua dibandingkan Kabupaten Jember. Hal itu tertuang dalam tulisan Commandant te Passouroung bernama J. Hesselar tanggal 22 Februari 1806.
Surat tersebut ditemukan di Bijdragen Tot De Taal-Land-En Volkenkunde Van Neerlansch Indie-Tidjschrift Van Het Koninklijk Instituut Voor De Taal-Land-En Volkenkunde Van Neerlandsch Indie-Tweede Deel.(s’Gravenhage, K. Fuhri, 1854).
Baca Juga: DPD KNPI Jatim Kepung Kantor DPRD Provinsi
Kini wilayah Regentchap Poeger menjadi wilayah Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso. Sampai awal abad XIX. Nama Regentschap Poeger masih tertuang dalam arsip Kolonial Belanda.***
Artikel ini dikutip dari buku Sekilas Wakil Rakyat dan Perkembangan Kabupaten Jember.